ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER

ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER
ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER; Find out how this Self Help tool works out.

Selasa, 17 Agustus 2010

TUJUAN HIDUP DAN PRIORITY SETTING

SHARING 17 AUG 2010



APA TUJUAN HIDUP DAN PRIORITY SETTING ANDA?

Jika ditanya tentang tujuan hidup, 90% orang biasanya langsung menjawab BAHAGIA… weii.. Indahnya…  Namun apakah Segenap Jalan dan Pilihan Hidup Anda sudah dibawa menuju ke sana? Contohnya yang satu ini ya… mari kita bercermin dari pengalaman orang lain.

Ada seorang sahabat saya, yang katanya tujuan hidupnya juga bahagia, menurut pandangan saya kok malah mengambil jalan buntu untuk mencapai tujuan hidupnya itu.

Bagaimana tidak? Sekian tahun tidak ketemu, saya ketemu dia, badanya kelihatan kurusan, susut 7 kilo. Wajahnya kusut, dan ubannya bertambah banyak sekali. Dia bercerita kalau dia sekarang sering sakit dan darah tinggi pula. Aneh sekali, padahal setahu saya justru dia baru naik jabatan beberapa waktu yang lalu.

Dari curhat dia, saya mengetahui kalau sahabat saya ini stress karena beban posisi jabatan barunya. Bukannya dia tidak mencintai pekerjaannya tersebut, tapi terlalu perfeksionis. Anak buah banyak tapi dia tidak ‘mampu’ mendelegasikan sebagian beban pekerjaannya. Alasannya khawatir anak buahnya pekerjaannya tidak beres padahal tanggung jawab divisi ada ditangan dia, takut disalahin Big Boss. Jadi semua-semua maunya dipegang sendiri, berangkat lebih awal, pulang malam-malam. Teorinya Sabtu masuk setengah hari, tapi in fact, pulangnya tetap selarut hari biasa.

Hari Minggu sudah terkapar, sudah tidak sanggup membawa anak istri pergi jalan-jalan, pengennya tidur sepuas-puasnya katanya… maklum sih, manusia bukan mesin bukan? Akibatnya hubungan dengan keluarga pun semakin jauh dan hal ini menimbulkan luka batin tersendiri. Hubungan dengan Tuhan pun semakin jauh karena ke Gereja pun seringnya tidak sempat.

Saya meminta teman saya untuk mendefinisikan kembali, “Arti Kebahagiaan buat Kamu apa sih?” Dia bilang, “pertama, kemapanan financial supaya saya dapat memenuhi kebutuhan keluarga saya dan memberi yang terbaik, khususnya untuk anak-anak. Pendidikan sekarang mahal-mahal, anak-anak kalau tidak dileskan macam-macam bisa kalah bersaing dengan yang lain, padahal uang les sekarang mahal-mahal. Suplemen makanan sekarang juga mahal-mahal, vitamin satu botol saja sudah berapa ratus ribu yang bagus….”, dan belasan hal lain yang dikemukakan untuk mendukung tujuannya mencapai tujuan kemapanan financial tersebut.

Ok, terus kedua apa? “Saya ingin keluarga yang harmonis, hubungan yang mesra dengan istri dan anak-anak. Sekarang saya merasa jauh dengan anak-anak, mereka hanya mendengarkan istri saya.”

Lalu apakah masih ada hal lain yang bisa buat kamu bahagia? “Ya, saya sebenarnya merasa kehidupan spiritual saya mengalami kemunduran. Sekarang saya jarang beribadah ke Gereja karena Minggu pengennya di rumah saja, malas kemana-mana, tiap hari sudah menyetir jauh-jauh. Berdoa juga tidak sempat, apalagi membaca alkitab. Paling doa sebelum makan saja yang kadang-kadang ingat. Sebenarnya saya dulu punya satu kerinduan untuk melayani di Gereja dan Lingkungan. Boro-boro ya bisa kesampaian sekarang.”

Baiklah, ada lagi? “Ada, saya rindu ngumpul dengan keluarga besar saya, paling setahun sekali ketemu. Kalau ada acara keluarga saya sering bolos karena memprioritaskan pekerjaan. Belum lagi kumpul-kumpul dengan sahabat lama, teman-teman sekolah, senangnya kalau bisa keep contact dan sekali-kali kumpul dan bernostalgia.”

Cukup, “kalau pekerjaan ini begitu membebanimu, mengapa kamu tidak mencari pekerjaan lain?” Sahut dia ketus, “Enak saja, emang gampang apa sekarang cari pekerjaan? Saya sudah 10 tahun di sini, bos juga sudah kenal baik. Umur juga saya sudah tidak muda lagi. Saya mendapatkan posisi ini karena pengalaman dan senioritas.” “Kalau begitu, kamu harus lebih belajar untuk mendelegasikan pekerjaanmu.” Jawabannya sangat mengagetkan, “Tidak bisa, Percaya saya deh!” Ada banyak alasan mengapa Sahabat saya menjawab demikian, namun kita tidak membahas poin-poin tersebut disini.

Sekarang, mari kita lihat Value Hierarchy Sahabat saya ini. Bagaimana dia menyusun prioritas hidupnya?

1) Kemapanan Financial/ Uang dengan berprestasi dalam Karier

2) Hubungan yg harmonis dan dekat dengan keluarga

3) Kehidupan rohani yang lebih dekat dengan Tuhan

4) Kehidupan sosial yang lebih baik

Tapi apakah Anda melihat sesuatu yang ironis di sini?

YA..! prioritas hidup no.1 nya tidak harmony dengan prioritas hidupnya yang lain dalam mencapai kebahagiaan.

Aspek Kebahagiaan No. 1 nya telah menghambat terpenuhinya aspek-aspek Kebahagian yang lain.

Dia bekerja begitu keras untuk meng goal kan prioritas utama dalam hidupnya sehingga mengabaikan hal-hal lain yang sebenarnya juga akan menuntun dia pada kebahagiaan. Apakah dia bisa mecapai prioritas utama nya tersebut? Ya.. sulit juga ya karena yang namanya kemapanan financial harus didefinisikan dulu sejelas mungkin sebab dapat menjebak ke dalam ketidakpuasan semu.

Ingat dengan tulisan saya sebelumnya agar berhati-hatilah dalam Priority Setting Anda? Salah Prioritas bisa menyebabkan Anda salah dalam membuat pilihan. Contoh, teman saya karena prioritas utamanya adalah Pekerjaan, dia bisa memilih tidak menghadiri acara keluarga dan kejar setoran Sales supaya mendapatkan insentif/ bonus.

Lain orang, lain juga Value Hierarchy nya. Saya pribadi menempatkan Kesehatan di prioritas No. 1. Seperti kata bijak “Kesehatan mungkin bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa.” No.2 Keluarga, No. 3, Karier, No. 4, Kehidupan Rohani dan Spiritual, No.5 Kehidupan social, hingga ke-10, jalan-jalan besama keluarga keliling dunia.

Tentu kadang harus ada balancing atau antara Point yang satu dengan yang lain, misalnya antara Keluarga dan Karier. Namun jika ternyata karier saya harus sampai mengorbankan kualitas bersama keluarga, mungkin itu bukan karier yang tepat lagi untuk saya.

Tantangan hidup saya sekarang adalah bagaimana menggeser supaya prioritas no. 4 dapat maju ke lebih depan lagi tanpa mengurangi kualitas No.2 dan 3 yang telah saya capai. Semoga Yang Maha Esa menunjukan jalanNya yang saya yakini pasti indah.. 

Bagaimana Anda menyusul Skala Prioritas Hidup Anda? Mulailah menuliskannya dan Pastikan seluruh Jalan dan Pilihan Hidup Anda menghantar Anda ke sana,



Karawaci; 17 Agustus 2010 (Berjuang memerdekaan diri dari Pikiran dan Emosi Negatif)

Fiona Wang

Kamis, 12 Agustus 2010

The Power of Choice

‎​Jika Anda seorang LOA Practitioner, Anda pasti menyakini bahwa, Menjadi seperti apa Anda sekarang adalah hasil dari Pemikiran Anda beberapa tahun yang lalu dan akan menjadi apa Anda beberapa tahun mendatang adalah hasil dari Pemikiran anda sekarang.

Itu tentu ada benarnya. Namun saya bisa menjamin bahwa, menjadi seperti apa Anda sekarang adalah hasil PILIHAN anda beberapa tahun yang lalu, dan akan menjadi apa anda beberapa tahun mendatang adalah tergantung pada PILIHAN Anda sekarang.

Berhati-hatilah dengan  priority setting Anda karena Skala Prioritas yang Anda miliki akan menentukan bagaimana Anda membuat Pilihan. Salah prioritas, bisa salah dalam memiilih.

Cermati pula dengan siapa anda terkoneksi krn orang-orang yang terkoneksi dengan Anda tersebut ikut mempengaruhi  Anda dalam menentukan pilihan. Salah Input bisa membuat Anda salah memilih. Dan salah Memilih bisa fatal....

note: Thank you to Pdt. Ellya yang telah menginspirasi dan mengingatkan: "The Power of Choices"

beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis status di FB:
"Takdir adalah hal yang Tidak bisa diubah, kontribusinya tak lebih dari 10% dalam hidup kita. Selebihnya adalah PILIHAN.. Dia memberi kebijakan untuk membedakan keduanya, dan hikmat untuk membuat Pilihan yang tepat.."

Adalah takdir Anda lahir di keluarga mana, menjadi anak siapa dan dari suku mana, namun adalah Pilihan Anda apakah Anda menjadi Anak yang berbakti atau anak durhaka....

You see,  all depends on your choice, make a right one...


(Fiona, Aug 2010) :p