ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER

ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER
ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER; Find out how this Self Help tool works out.

Minggu, 18 Maret 2012

Ibu Hamil, selalu Riang Gembira yach…

Hallo Ibu-ibu.. yang sedang menjalani masa kehamilan, yang merencanakan untuk hamil, ataupun remaja putri yang kelak juga akan menjadi seorang ibu. Sharing ini juga penting dibaca oleh bapak-bapak, supaya dapat mensupport ibu hamil di sekitarnya supaya selalu riang gembira J

Tahukah Anda jika semua emosi yang Anda rasakan selama masa kehamilan, baik yang positif maupun yang negative, juga dialami dan dirasakan oleh janin Anda? Bahkan semua emosi yang terserap oleh janin Anda tersebut dapat mempengaruhi sifat dan perilaku anak  kelak. Jika hanya emosi positif yang dirasakan tentu akan berefek positif juga bagi pertumbuhan jiwa janin dan mensupport pembentukan emosinya saat masa tumbuh kembang kelak. Namun bagaimana jika yang terserap adalah emosi negative?
Hal ini saya alami sendiri, pengalaman pribadi yang ingin saya sharingkan. Ketika saya mengandung anak pertama  sepuluh tahun yang lalu, saya dalam kondisi emosi yang labil dan menyedihkan. Saat itu saya mengalami situasi yang tidak menyenangkan bertumpuk-tumpuk. Ketika usia kehamilan 1.5 bulan, saya mengikuti suami untuk hijrah ke Jakarta. Saya meminta mutasi dari kantor untuk dipindahkan ke kantor pusat. Namun di departemen saya bekerja, sedang tidak ada posisi yang kosong. Dan karena itu, saya harus rela pindah ke divisi lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat saya. Saya terbiasa bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang, di departemen yang baru, hanya berurusan dengan dokumen. Saya terbiasa di lingkungan yang sophisticated dan dinamis, sementara para rekan di departemen ini saya nilai sangat sulit diajak berubah dan maju. Saya merasa sangat tidak betah, tiap hari masuk kantor hanya menghitung jam kapan jam istirahat dan kapan pulang. Saya tidak tahu apakah memang begitu orang yang tidak mencintai pekerjaannya?
Di samping masalah di pekerjaan, saya juga mengalami masalah dengan pasangan. Saat itu suami saya masih bekerja sebagai Sales & Marketing Manager di sebuah perusahaan starch and chemical yang cukup ternama. Tuntutan pekerjaan membuatnya harus sering pulang pagi (bukan lagi pulang malam) karena entertain customers. Hal ini sering menjadi sumber pertengkaran yang membuat saya kecewa, sakit hati, marah dan sering menangis. Walaupun saya percaya pada suami saya, namun membayangkan suami sering keluar masuk tempat karoke, café dan tempat hiburan lain untuk menservis tamu sering membuat perasaan tidak menentu. Mungkin juga karena saya menjadi sensitive saat hamil sehingga memperparah semua emosi negatif itu. Satu hal lain lagi adalah saya pernah mengalami pendarahan ketika usia kandungan 4.5 bulan sehingga harus bedrest 2 minggu di RS.
Cherie, anak saya yang pertama ini pernah diberikan terapi selama 8 bulan sejak berusia 2.5 tahun karena speech delay. Di usia 3 tahun dia baru belajar berbicara, memiliki gangguan konsentrasi, dan juga bermasalah dengan motoric kasar. (jika anak Anda bermasalah demikian, jangan terlalu khawatir, jika ditangani dengan tepat, dapat di atasi dengan baik. Anak saya usia 5 tahun bahkan sudah ikut lomba baca puisi mandarin, konsentrasi belajarnya luar biasa baik sekarang, dan prestasi di sekolah sangat memuaskan. So don’t worry J.)
Saat usianya menginjak 5 tahun, saya mengamati bahwa anak saya ini memiliki emosi yang tidak terlalu baik. Dia amat sangat sensitive, tidak percaya diri, cenderung minder dan memiliki low self esteem, merasa dirinya tidak cantik (alasannya krn dia gemuk dan memakai kaca mata). Anaknya selalu menolak jika di puji dan menyangkal pujiannya. Dia juga sangat mudah marah, tidak mau bergaul dan cenderung menarik diri. Sejak dulu memang pendiam, tapi kok makin gede semakin tertutup dan kelihatan kurang bersemangat. Sangat berbeda dengan adiknya yang begitu  ramah, percaya diri, ceria dan periang.  Ketika hamil adiknya saya memang dalam kondisi emosi yang sangat positif. Di pekerjaan saya sudah kembali kle ‘habitat’ saya, suami sudah berhenti kerja dan belajar wiraswasta sendiri. Hubungan kami sangat manis dan harmonis (sekarang dan seterusnya, amin..) Lepas dari kata orang, anak yang berasal dari indung telur kiri dan kanan bisa sangat berbeda sifat dan ciri-ciri fisiknya (seperti: Cherie berambut lurus dan Cory berambut ikal), saya percaya ada factor lain yang menyebabkan.
Lama setelah saya mengamati perilaku anak saya, lho kok semua perasaan dan emosi yang melandasi tingkah laku dia itu kan sama dengan yang saya alami ketika hamil dia dulu. Baru saya sadari oh ternyata semua hal tersebut bersumber dari emosi negative yang tertransfer ke dia ketika saya mengalami semua hal tidak menyenangkan itu dulu.
Adalah PR saya untuk memperbaiki semua ini, siapa lagi? Bukan karena sifat dan karakter anak saya yang buruk. Sayalah yang berkontribusi semua ini dan merugikan dia. Untunglah semua yang saya pelajari di mind tech sangat membantu saya untuk mengatasi hal ini terutama Ho’oponopono dan EFT (Emotional Freedom Technique). Apa yang saya lakukan?
Saya berulang-ulang mengatakan kepada anak saya:
“Cherie, mami minta maaf atas semua kesalahan mami, sejak mami hamil Cherie hingga hari ini. Maafkan mami ya sayang, Terima kasih Cherie telah menjadi anak mami, mami sangat sayang padamu.”
Kapanpun dimanapun, jika Anda mengharapkan suatu perubahan ucapkanlah ketiga magic words ini: Maafkan saya, saya mengasihimu, terima kasih.
Anda tidak perlu pusing dengan reaksi yang akan muncul. Bisa saja ada yang protes, bingung. Katakan saja dengan setulus-tulusnya dari lubuk hati Anda, dan saksikan keajabiban yang terjadi.
Jika Anda menyadari lebih dini kekhilafan Anda, anak masih dikandungan misalnya, sejak janin dalam kandungan sudah dapat diajak bicara, Anda sudah dapat mengucapkan semua kata-kata yang mengandung level energy yang sangat tinggi tersebut kepada janin Anda. Semakin cepat Anda menyadarinya semakin baik.
Proses untuk pemulihan ini saya kombinasikan dengan teknik tapping EFT. Setiap kali dia marah, ngambek, menangis, saya meminta dia untuk menceritakan kembali hal yang mengganggunya sambil saya tapping dia dengan niat merelease semua emosi negative yang dia rasakan. Demikian juga ketika saya menghibur, dan menasehati dia, saya kembali mentapping dia untuk mereframe sekaligus memasukan sugesti positif.
Terus terang saya baru intens melakukannya sejak kurang lebih 6 bulan terakhir. Dulu saya memanfaatkan teknik hypno sleep yang lebih sering tidak sempat saya lakukan. Hasilnya sekarang ini anak saya sudah memiliki emosi yang jauh lebih baik. Demikian juga perilaku dia dalam meresponse segala sesuatu, sangat positif. Anaknya meskipun masih sedikit pendiam, sudah mau bersikap ramah pada teman-temannya dan bergaul. Cherie juga jadi lebih sabar, pemaaf dan mau mengalah pada adiknya. Sikapnya juga lebih manis, percaya diri dan selalu tersenyum. Bahagia sekali melihatnya. Saya akan terus memonitor dan membantu dia sebisa mungkin. Bukan saja membayar semua kesalahan saya dulu, namun memang tugas dan tanggung jawab saya untuk membantu pembentukan sifat, emosi dan karakter positif anak saya.
Anda yang ingin mempelajari kedua teknik tersebut dapat menghubungi saya via email Fiona.wang889@gmail.com .

Salam Ceria,
Fiona Wang
Licensed Trainer of EFT (APEI), Advanced Practitioner of EFT (AAMET)


Note:
Simplicity of Ho’oponopono
When asking for God, Devine, Universal Love to release these old programs these standard phrases are used:
I am sorry, please forgive me, I love you, thank you
Ho’oponopono (Ho oponopono, Hooponopono) is a help method. Ho’oponopono is an extremely effective response to stress, suffering, and other forms of problems, brings about a much improved life experience, and does it all with a minimal investment of effort. Ho’oponopono was created by a Hawaiian kahuna — a spiritual leader and/or healer — who had the insight that people were in constant conflict with themselves, and more specifically with subconscious memories collected and stored over the course of existence, and that this conflict needed to be resolved between the self and God (or Source, or however one wants to refer to this presence).

 

About Emotional Freedom Techniques (EFT)

EFT is one of the fastest growing complementary therapies known today. It was developed in 1995 by Gary Craig, a Stanford trained engineer. Although EFT is relatively new, the principles behind it go back thousands of years and EFT is closely related to acupuncture, except we don’t use needles. EFT works on the body’s MERIDIAN SYSTEM which is where our chi (or ki) energy flows. If this energy becomes blocked it will cause a physical, emotional or psychological problem within the body . In acupuncture fine needles are used to release these blockages but with EFT you tap with your fingertips on the acupressure points. The vibration from the tapping releases the blockage and returns the energy back to free flowing energy. The physical, emotional or psychological problem is no longer there.

Universitas Kehidupan

Life is a School...

Pagi ini saya bangun dan merenung betapa selama ini saya mencoba ‘kabur’ dari Universitas Kehidupan, dan sudah saatnya saya kembali dan menyelesaikan babak studi ini.
Di semester ini, banyak mata kuliah yang harus kembali saya ulang, antara lain mata kuliah kesabaran, ketabahan, keberanian, keserakahan, mengatasi rasa minder, kesetiaan pada hal-hal kecil dan hal-hal besar serta beberapa hal lain jika saya ingin lulus dan maju ke pelajaran selanjutnya yang lebih tinggi.
 Langkah pertama adalah Acceptance, menerima bahwa saya adalah seorang mahasiswa kehidupan. Bukan sekedar menumpang lewat,ataupun  berjualan dan mecari keuntungan di kampus . Tugas saya adalah belajar. Langkah berikutnya adalah Stick to the Goal bahwa tujuan saya adalah lulus yaitu kembali seutuhnya kepadaNya.  Langkah berikutnya adalah bagaimana saya berhadapan dengan pelajaran saya supaya bisa lulus. Nah ini bagian yang paling sulitnya. Bagaimana tidak? Karena semua pelajarannya adalah 10% teori dan 90% praktek. Prakteknya mencakup aspek Spiritual, Sosial, bukan hanya personal.  Ujiannya adalah bagaimana menjaga keseimbangan ke tiganya, bahwa dalam prakteknya, teknis yang saya lakukan  bukan hanya baik untuk saya, tapi juga dia dan DIA.
 Sayangnya saat saya masuk ke universtias ini saya belum tahu mata kuliah apa saja yang harus saya ambil walaupun program-programnya sudah ada dituliskan untuk saya. Di semester awal, mata kuliah yang saya ambil adalah sudah dipaketkan. Di semester-semester berikutnya, apa yang akan saya pelajari sangat tergantung dengan bagaimana saya berhadapan dengan mata-mata kuliah di semester sebelumnya.
Jika lulus, lanjut, jika tidak ulang lagi. Good newsnya adalah ini adalah universitas abadi dan mahasiswanya tidak ada yang DO. Satu aturan kecil, dimana jika engkau kabur dari universitas ini, engkau harus ulang lagi dari mata kuliah yang paling dasar , dari nol. Dan maaf untuk perumpamaan ini tidak ada istilah, kan tidak harus kuliah supaya sukses J karena hidup ini lah panggung dari universitas kehidupan.
God, I won’t give up! Wish me Luck J
18 March 2012
Fiona Wang yang mengasihiMU