ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER

ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER
ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER; Find out how this Self Help tool works out.

Sabtu, 02 Januari 2010

Mengatasi Pola Neurologis “Kebodohan” - Fiona Wang

Pagi ini, pagi kedua di tahun yang baru 2010, saya terdorong untuk sharing sedikit pengalaman berkaitan dengan renungan tahun baru saya. Setiap tahun, banyak orang sibuk membuat resolusi baru yang hendak dijalankan. Itu bagus, sangat bagus malah. Namun sering kali orang lupa bahwa jika resolusi-resolusi baru yang sudah dilist tersebut tetap dijalankan dengan Pola Pikir dan Pola Laku yang sama, bisa jadi tak ubahnya dengan tahun sebelumnya, resolusi tinggal lah resolusi yang dilupakan atau ditinggal di tengah jalan.

Ketika menjelang tahun baru tiba, kata-kata “a New Year – a New You” sering dimanfaatkan pihak tertentu seperti retailer-retailer di mall untuk melariskan dagangannya. Konsumen diajak untuk berimajinasi mendapatkan penampilan yang lebih baik dengan menjadikan pergantian tahun sebagai momentum perubahan. Demikian juga dengan tempat fitness, mereka mempengaruhi konsumen untuk mendapatkan penampilan fisik lebih menarik dan tubuh yang lebih bugar di pergantian tahun sebagai patokan ‘waktu yang tepat untuk memulai’.

Nah, resolusi itu juga dibuat ketika orang memiliki Harapan untuk hal-hal yang lebih baik dan mematok pergantian tahun sebagai ‘the right timing’ untuk memulai perubahan dan mengejar harapan baru. Sebenarnya kalau kita pikir-pikir, untuk merubah diri dan mengejar hal-hal yang baik mengapa harus menunggu awal tahun ya? Setiap momentum penting dalam kehidupan kita dapat kita manfaatkan untuk membuat resolusi penting, ketika kita berulang tahun, merayakan Anniversary…. Bahkan ketika kita sakit. Ketika kita sakit? Ya! Inilah yang hendak saya sharing kepada Anda.

Saya mencapai satu perubahan besar dalam hidup saya sampai sekarang yang menurut saya sangat menyenangkan dan membanggakan karena hikmah dari sakit punggung. Sejak kecil saya selalu iri pada orang-orang yang bisa berenang, karena saya tidak bisa sama sekali. Padahal saya berpendapat berenang itu sangat bermanfaat dan menyenangkan, Saya kepengen bisa berenang tapi malas belajar, ah nantilah – nanti dan nanti. Dan ketika saya beranjak dewasa, alasan untuk tidak belajar berenang bertambah, malu! Udah tua kok baru mau belajar berenang, risih ah. Sampai saya dihadapkan pada satu kondisi, sakit punggung yang sangat mengganggu. Ketika konsultasi ke dokter specialis, sampai di MRI segala, kesimpulannya saya harus terapi berenang. Nah lho!berenang! saya sampai ganti dokter dengan harapan bisa ada alternatif fisioterapi atau yang lain deh, tapi kata dokter andalan itu juga “berenang adalah terapi terbaik untuk sakit punggung seperti yang Anda alami.” “tapi dok, saya tidak bisa berenang…?” “kursus donk, harus bisa, kamu mau sembuh tidak?”

Dan saya pun dihadapkan pada mimpi buruk, harus belajar berenang. Tapi saya punya target yang harus saya capai, “bebas dari sakit punggung” ini. Saya niatkan dengan sungguh-sungguh pokoknya saya harus bisa berenang supaya sembuh dari sakit punggung. Saya buang jauh-jauh perasaan malu, malas dan keengganan yang memang lahir karena pada dasarnya saya tidak niat. Sebelumnya saya merasa tidak penting hanya sebatas pengen bisa berenang, sekarang situasi yang saya hadapi adalah KUDU bisa berenang.

Sayapun mulai mencari guru renang, agak lama nemunya, karena nyari guru renangnya yang cewek, untuk mengurangi perasaan malu itu tadi. Saya set target, harus bisa dalam waktu satu bulan. Repot juga, karena pertemuannya memang hanya seminggu sekali. Dulu, memasukan air ke dalam kepala saja saya malas, belum lagi memikirkan air mengandung kaporitnya yang merusak kulit… halahhh… Pertemuan pertama, goalnya saya bisa meluncur. Pertemuan ke-2, saya sudah bisa berenang selebar kolam dengan gaya bebek (seadanya maksudnya). Pertemuan ke-3, saya mulai belajar gaya kodok. Pertemuan ke-4 tidak terselesaikan krn guru saya berhalangan, saya melanjutkan dengan belajar ke teman kantor. Saya jadwalkan harus berenang setiap hari selasa dan jum’at sore sepulang kantor, dan benar dalam waktu 1 bulan saya sudah bisa berenang. Dan yang terpenting, Puji Tuhan, sekarang sakit punggung saya sudah hilang.

Astaga… saya berpikir, kalau memang hanya dalam waktu 1 bulan saya bisa membuat perubahan yang begitu besar, dari tidak bisa berenang menjadi bisa, mengapa saya tidak mulai dari dulu-dulu? Harus menunggu 33 tahun? Saya merasa sangat bodoh dimanipulasi oleh kemalasan saya selama itu. Andai saya bisa berenang 20 tahun yang lalu misalnya, betapa banyaknya kesenangan dan kesehatan yang bisa saya petik dari berenang. Mungkin juga karena saya suka, siapa tahu saya sudah bisa berprestasi dalam hal berenang, hehehe… siapa tahu, kemungkinan selalu ada bukan?

Saya teringat dengan tips “Enam Langkah yang dapat ditempuh untuk Mengatasi Neurologis Kebodohan” (Anthony Robbins, 2006, Awaken The Giant Within), dimana langkah-langkah ini juga dapat digunakan oleh siapa saja yang mau menghilangkan kebiasaan negative. Pak Waidi juga menguraikan dengan manis dibukunya Self Empowerment by NLP (Neuro Linguistic Programming).

Pertama, putuskan bahwa Anda benar-benar ingin membuang neurologis itu. Yakinkan bahwa anda memang mau berubah supaya tidak lagi menanggung akibat buruk atau kerugian hidup akibat neurologist tersebut. Pastikan juga anda siap menanggung resiko/ tantangan yang timbul. Saya telan deh, semua perasaan malu, enggan, dan juga perasaan sangat tidak nyaman berurusan dengan air kolam.

Kedua, gunakan prinsip berubah sekarang atau sengsara seumur hidup. Pilihan saya adalah belajar berenang atau sakit punggung. Pilihan Anda mungkin berhenti merokok atau sakit paru-paru.

Ketiga, Interupsi polanya, Anda tidak akan pernah berubah jika masih mempertahankan pola lama. Nah ini yang saya maksud di awal tulisan saya dengan “pola pikir” dan “pola aksi”. Dulu kalau saya niatin mau berenang, kenyataannya hanya berendam di kolam, dan tidak nonggol lagi berbulan-bulan kemudian. Tidak ada target, tidak ada jadwal dan komitmen.

Keempat, ciptakan alternatif baru yang memberdayakan. Mungkin sekarang anda berada di jalan neurologis, “nikmat membawa sengsara”. Bersiap-siaplah untuk pindah jalur neurologis,” sengsara membawa nikmat selamanya”. Tokh pengorbanan Anda tidak selamanya, saya hanya perlu waktu 1 bulan, itupun kalau mau ditotal tidak lebih dari 10 jam, merasakan perjuangan supaya bisa berenang. Dan hasilnya akan saya nikmati seumur sisa hidup saya.

Kelima, kondisikan pola barunya hingga konsisten. Nah, orang bilang, mendapatkan itu sulit, mempertahankan jauh lebih sulit. Bagaimana supaya jalan alternatif baru tersebut bisa menjadi Pola Baru Neurologis? Dibutuhkan konsistensi untuk membuatnya menjadi pola baru yang otomatis. Pola baru ini hanya akan menjadi membiasa bila tindakan ini dilakukan berulang-ulang dengan intensitas emosional yang luar biasa. Challenge saya adalah bagaimana membuat olah-raga berenang menjadi jadwal rutin dan kebiasaan saya. Yang namanya terapi tokh harus terus menerus dan berulang-ulang bukan. Dan syukurlah, proses pengkondisian itu telah membuat berenang menjadi hobi dan bagian dari hidup saya, bukan sekedar terapi yang harus saya jalani. Jika saya mengabaikan, justru saya merasa ada sesuatu yang kurang, karena memang Alam Bawah Sadar kita akan memberikan teguran agar kita segera kembali ke Pola Neurologis yang baru.

Keenam, Ujilah, apakah perubahan Neurologis Kebodohan (pola lama) ke Neurologis Kecerdasan (pola baru) benar-benar mendatangkan manfaat bagi hidup Anda. Untuk kasus saya ini, jelas! Pola baru meningkatkan kualitas hidup saya, menjadi lebih bugar dan bebas dari sakit punggung. Kualitas hidup kita sesungguhnya dipengaruhi oleh Pola kerja Neurologis, semakin banyak kita memiliki pola kerja neurologis yang memberdayakan diri, semakin berkualitas hidup kita.

Well, demikian sharing dari saya, semoga bermanfaat dan syukur-syukur bisa menginspirasi teman-teman. Jangan sampai kita tinggal terperangkap dalam suatu “Pola Neurologis Kebodohan” apalagi sampai membangun jalur-jalur neurologist kebodohan yang baru. Dengan mendalami NLP (Neuro Linguistic Programming) akan sangat membantu dalam me re-engineering pikiran kita menuju konsep diri yang benar dan lebih baik. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang hendak dihilangkan juga dapat dibantu oleh hypnosis maupun hypnotherapy. Sampai jumpa di artikel saya berikutnya.

Selamat Tahun Baru 2010! Mari kita sambut dan persilahkan masuk dalam hidup kita, Kebahagiaan, Kesehatan, Kemakmuran, Iman, Pengharapan, dan Kasih. Tuhan Berkati!
Pontianak; 02 Jan 2010
Fiona Wang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar