ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER

ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER
ORACLE CARDS - LEARN AND ORDER; Find out how this Self Help tool works out.

Sabtu, 26 Mei 2012

The Legend of Yee Lan - part 1



Yee Lan menuju ke puncak bukit, duduk di ujung tebing dan mulai memandang ke bawah. Jauh menembus awan, pandangannya menerawang menyapu desa. Ah, apa lagi pemandangan hari ini yang kan dilihatnya, apakah tukang daging sudah memaafkan anak gadisnya, ataukah tetap mengusirnya. Yee Lan tidak sependapat bahwa itu sepenuhnya kesalahan anak gadis yang malang  itu sampai dia hamil diluar nikah. Bagaimana nasibnya kalau dia malah diusir dari rumah. Lalu bagaimana kabar si tukang kayu hari ini? Apakah anak laki-lakinya yang kurang ajar dan tidak tahu diri itu masih tidak bersedia masuk hutan untuk membantu ayahnya? Alasan apa lagi yang digunakannya hari ini untuk tidak membantu? Berpura-pura sakit lagi? Huhhhh, Yee Lan geram sekali dengan anak muda itu, dasar pemalas. Memang susah berada di atas sini tanpa melibatkan emosi. Sayang mereka tidak boleh campur tangan dengan urusan semua manusia di bawah.

“kakak, apa yang kakak lakukan di sini?  Haahhhhhh melihat lagi di bawah? Tidak bosankah setiap hari kakak melihat kelakuan mereka? Apa sih yang menarik?” Kim lan adik perempuannya melayang bak terbang kearah batu di ujung tebing tempat dia duduk.
Yee Lan hanya tersenyum, tidak sukakah kau menonton drama? “
 “ Saya suka nonton pertunjukan panggung sandiwara.” Kim lan memandang tak mengerti arah pertanyaan Yee Lan.
“ Di bawah inilah panggung sandiwara yang sebenarnya, dimana drama kehidupan dipentaskan.”
“Oh ya? aku tidak paham maksudmu,” bidadari muda itu mengerutkan dahinya.
 “Kelak engkau kan paham segalanya saat waktunya tiba…”
“Kapankah itu, kapan? Aku sudah tidak sabar menjadi pintar seperti kakak. Kapan waktunya tiba kak?” Kim Lan tidak sabar bertanya sambil menarik-narik jubah kakaknya.
 Yee Lan tersenyum berkata,”kapan waktunya tiba, tak ada yang tahu, namun satu hal, itu akan menjadi waktu yang paling tepat untukmu.” Yee Lan memeluk Kim Lan penuh kasih.

Setelah kim lan berlalu meninggalkan dirinya dalam kesepian yang hening, pandangannya kemarin menerawang… teringat dia akan kekasihya yang sekarang masih mengelana di bumi dalam wujud serigala. Setiap bulan ketika purnama tiba, sang kekasih akan menuju puncak bukit, melolong panjang sambil memandang ke bulan, menyampaikan pesan dan kerinduannya pada Yee Lan. Namun hanya setiap malam purnama ke tujuh setiap tahun keduanya diijinkan bertemu an Yu Nan kembali wujud manusia. Dan ini sudah berlangsung ribuan tahun, menjadi saat penantian dari setiap helaan napasnya.


Ingatannya terbang ke saat itu terjadi, dimana Yee Lan bersama beberapa bidadari lain turun ke bumi. Belum pernah dia bertemu dengan seorang manusiapun yang menawan hatinya seperti ini. Yu Nan, seorang pemanah, pemburu yang seharusnya jenis manusia sangat di bencinya, si perusak kehidupan. Itu label dari dia sebelum dia bertemu dengan Yuh Nan, yang membuatnya mencoba memahami manusia, bahwa apa yang dilakukannya hanyalah demi kelangsungan hidupnya.
                                                                                                                            
Yee Lan pun semakin sering turun ke bumi, sendiri dengan menyamar sebagai gadis dari desa sebelah. Demikian berlangsung hamper setiap hari hingga ayahandanya mengetahui. Saudarinya yang iri telah mengadukannya ke ayahandanya sehngga sang raja langit begitu murka. Titah sudah turun, tak terbantah, Yee Lan dilarang untuk menginjakkan lagi kakinya ke bumi. Karena Yee Lan membantah, kekasihnya pun di kutuk menjadi serigala.

Menyesalkah? Pertemuan setahun sekali tetap begitu indah dari pada kenihilan yang membunuh napas jiwanya. Setahun sekali yang dinanti, malam purnama ketujuh, dimana Yee Lan akan melayang turun ke bumi, mengenakan jubah terindahnya, untuk berjumpa dengan kekasihnya yang menantinya di puncak bukit dalam wujud manusia. Keduanya bersua melepas kerinduan dan memadu kasih sebelum fajar tiba, saat Yee Lan harus kembali pulang ke langit. Terlambat sedikit saja, ketika matahari terbit dan dia belum kembali ke langit, selamanya dia akan menjadi manusia dan terperangkap di bumi, begitu ancaman Ayahandanya.

Pagi yang begitu cerah, namun kalah dengan cerahnya hati Yee Lan. Bagaimana tidak? Malam ini adalah purnama ketujuh. Artinya malam ini dia akan dapat berjumpa dengan kekasihnya. Hatinya bahagia tak terkira. Sudah beberapa malam ini ia tidak dapat tidur. Bibirnya selalu tersungging, hatinya selalu ingin tersenyum. Seisi kahyangan kembali berbisik-bisik. Ah si Yee Lan kembali kumat, biasa setahun sekali. Banyal juga yang mencibir, hanya bidadari sinting yang bisa terpikat manusia bumi. Tidak sedikit juga saudarinya yang terang-terangan memusuhinya,”tempatmu seharusnya sudah tidak di sini, sejak keputusan itu kamu buat.” Namun semua itu sudah dapat ditanggungnya tanpa beban. Semua cercaan itu sudah diterima sebagai risiko dari pilihannya. Ibundanya sampai meneteskan air mata haru, “anakku, bahagia sekali Ibu bisa melihatmu tersenyum kembali. sudah lama Ibu ingin melihatmu bisa tersenyum lagi, ibu ingin engkau kembali seperti dulu, ceria penuh tawa, bisakah anakku?” Yee Lan bersimpuh dikaki Ibundanya dan berkata,”maafkan aku ibu, jika aku ternyata mengecewakan ibu. Bahagiaku adalah ketika aku bisa bersama kekasihku tercinta. Saat ini aku tersenyum karena hari bahagiaku segera tiba. Namun ketika aku pulang meninggalkannya di sana, kebahagianku juga tertinggal bersama dia.”  Sang Ibunda meneteskan air mata dan berucap,”semoga suatu hari ini langit akan terharu dengan tulusnya cintamu, dan mengijinkan kalian untuk bersatu.”

Yee Lan sambil bersenandung indah kembali duduk di atas tebing dan menatap ke bawah desa. Ah, bahkan hari ini pun suasana terasa jauh lebih indah, desiran angin, segala bunga dan rumput pun serasa bernyanyi bersamanya menciptakan melodi yang begitu mempesona. Tapi hey, apa yang terjadi di bawah sana? Sepertinya ada ribut-ribut di rumah si kepala desa. Tuan tanah yang sombong, Yee Lan tidak suka dengan manusia satu itu. Bisanya hanya menggunakan harta dan kekuasaannya untuk mendapatkan jabatan. Mengeruk keuntungan dari rakyat, jauh dari pemimpin yang baik. Bisa gempar juga rumahnya, apa yang terjadi? Biasanya hanya gegap gempita pesta pora yang terdengar dari rumah megah bak istana itu.

Oh rupanya, putri tunggal sang kepala desa, baru saja memohon restu dari ayahnya agar diijinkan menikah dengan anak laki-laki si tukang sayur. Jika ayahnya merestui, putra si tukang sayur akan segera melamarnya. Walaupun hatinya ragu, namun dia tetap maju.
“Appaaaaa???!!!” si tuan tanah yang juga menjabat kepala desa menggebrak meja. Saking kuatnya, Pei Huang, putrinya hampir terlompat dan istrinya yang tidak pernah berani bersuara pun tersentak pucat.
“Apa kamu sudah gilaaa???” dua tamparan keras mendarat di pipi Pei Huang. Rasanya sakit sekali, tapi jelas, lebih perih lagi yang dirasakan hatinya.
“siapa yang mendidikmu hingga dungu begini???” sambil menoleh ke istrinya, “Pasti kamu, perempuan bodoh tak berguna. Bagaimana kamu mendidik anakmu heh, sampai dia bisa keluar dari rumah dan bergaul dengan rakyat jelata itu??” Dia menghardik istrinya dengan geram, matanya melotot dan tangannya terkepal. Setiap saat kepalan itu bisa saja dilepasnya ke wajah atau muka seseorang. Temperamennya sungguh buruk.

“a..a…anak itu hmm sering mengantar pesanan sayur ke..ke..kemari,” istrinya menjawab tergagap-gagap, jantungnya mau copot, lidahnya kelu sulit bicara. Syndrome itu sudah muncul sejak dinikahkan oleh ayahnya ke pria kasar ini.
“TOLOLLLL, dasar dua perempuan tolol. Kurang ajar sekali anak itu, tidak tahu diri? Apa tidak sadar dia siapa dirinya. Mulai hari ini dia tidak boleh lagi menginjakan kakinya di rumah ini, kalau sampai nongol lagi, akan kucincang dia! Kuhabisin! Dan kamu! Kalau berani bertemu dia lagi, kupatahkan kakimu, dengar itu!” Napasnya memburu seperti naga menghembus api.
”Pei Huang, kamu harus ingat siapa dirimu, asal kamu tahu, beberapa pejabat dari kota sudah mau melamarmu untuk anak laki-lakinya. Dan aku belum memutuskan memilih yang mana. Masih kupertimbangkan siapa kira-kira yang dapat memberikan mas kawin yang lebih baik hahahaha….siapa yang bisa memperkuat posisiku. Aku mengincar posisi Bupati hahahahahah kamu tidak usah khawatir tidak mendapat suami. Ayah akan memilih yang terbaik untuk menjadi menantuku hahahhahahahaha.” Dia pun berlalu begitu saja dari ruangan itu meninggalkan Pei Huang yang menangis pilu dan ibunya yang mengelus-ngelus rambut putrinya dengan lembut.

“Ibu, aku sebenarnya sudah menduga bahwa ayah tidak akan setuju. Dan kamipun sudah membuat sebuah rencana. Kami akan lari ibu, pergi meninggalkan desa kita.”
“Apa?? Kamu mau minggat, meninggalkan ibu?” sang Ibunda kaget bukan kepalang. Anaknya yang begitu lemah-lembut dan tidak pernah memutuskan apapun seumur hidupnya, mau minggat??
“Ampuni aku ibu, tapi aku tidak melihat cara, bagaimana bisa tetap bersamanya jika aku tetap di sini, bagaimana aku hidup nanti, tidak masalah, selama bersama dia, aku akan baik-baik saja.”
Istri sang tuan tanah berpikir keras. Sudah 20 tahun dia hidup dalam kecemasan dan ketidakberdayaan. Dia tidak ingin anaknya menderita seperti dia. Ayahnya adalah juga seorang kepala desa di wilayah lain. Tidak pernah sekalipun dia mengeluh karena malu pada ayahnya, sudah begitu lama semuanya dia tanggung sendiri.
“Pergilah anakku.. “ lirih suaranya hamper tidak terdengar
“benarkah? Ibu merestui kepergianku” Pei Huang hamper tidak mempercayai apa yang dia dengat.
“Ya, pergilah, ambil kesempatanmu untuk bahagia. Mungkin ini jalan satu-satunya.” Sang ibu berusaha tersenyum diantara deraian air mata.
“oh terima kasih ibu, terima kasih….” Pei Huang memeluk ibunya erat-erat. Bukannya dia tidak mengetahui beban bantin ibunya selama ini, hatinya sangat iba.
“Ayahmu mungkin akan menganggapmu sudah mati ketika tahu engkau menghilang, namun setidaknya ibu tahu jiwamu hidup, dari pada engkau tetap tinggal disini namun jiwamu mati.”

Yee Lan menangis, lebih kuat tangisannya dari pada tangisan Pei Huang. Duduk tersungkur memeluk sebuah batu besar, dia menangis sejadi-jadinya. Yee Lan seolah melihat cermin dirinya sendiri. Pagi ini dia telah belajar dari seorang anak manusia. Pagi ini Pei Huang telah mengajarkan dia tentang keberanian, pengorbanan, berani mengambil risiko. Sesuatu yang tidak dia miliki hingga ribuan tahun ini. Membiarkan sang kekasih menghadapi takdirnya di bumi seorang diri, adilkah dia. Tiba-tiba dia bangkit dan tersenyum, kakinya mantap melangkah kembali ke istana.

Yee Lan memang bidadari tercantik di kahyangan, wajahnya sangat rupawan, anggun, memancarkan kebaikan dan kelembutan. Ketika kakinya menginjak bukit, segera dia berlari memeluk kekasihnya Yu Nan.
“Engkau tidak akan sendiri lagi?”
“Apa maksudmu?”
“Tidak apa-apa,” Yee Lan hanya tersenyum menggandengnya pergi.
Ketika Fajar hampir menyingsing, Yu Nan memeluknya semakin erat..
“Ini adalah saat terpedih untukku, ketika harus melepasmu pergi,” Yu Nan mulai menangis.
“Aku tidak akan pernah melepaskan pelukanku lagi” Yee Lan membalas pelukan kekasihnya lebih erat lagi.
“Sebentar lagi matahari muncul, engkau harus pergi Yee Lan”
“Tidak, aku akan tinggal bersamamu disini”
“Apa yang kamu lakukan? Tidak, kamu harus kembali, kalau tidak selamanya engkau tidak akan bisa pulang lagi.” Yu Nan berusaha melepaskan pelukannya.
“Aku memang tidak ingin kembali. Adalah pilihanku untuk tinggal di bumi.”
“Sebentar lagi aku juga akan kembali ke wujud serigalaku, untuk apa kamu di sini?”
“Aku akan menantimu disini, menjadi manusia, tinggal bersamamu sekalipun wujud kita berbeda.”
“Oh Yee Lan…” Yu Nan menangis sangat terharu.
Mereka terus berpelukan, Langitpun mulai terang. Dari dalam kepalanya, Yee Lan mendengar suara Kim Lan yang mencarinya,
“Yee Lan, apa yang terjadi, mengapa engkau belum kembali? Aku dan ibu mengkhawatirkanmu.”
“Kim Lan, Ibu, aku tidak akan kembali. Aku sudah memilih takdirku menjadi manusia di bumi.” Yee Lan berkata mantap sekali, “Maafkan aku, Ibu, sampai jumpa jika berjodoh lagi.”
Matahari pun mulai muncul, pertanda waktunya sudah habis, Yee Lan merasakan seperti ada spirit kekekalan yang lepas dari dirinya. Dia memungut sebuah ranting, dan menggorekan ke lengannya, berdarah! Aha! Dia sudah seutuhnya menjelma menjadi manusia. Namun saat itupun dia menjerit melihat Yu Nan perlahan berubah wujud menjadi seekor serigala kembali.
Tiba-tiba langit menggelegar seperti suara petir,
“Yee Lan!” itu suara ayahnya.
“Berani sekali melanggar perintahku. Sekarang terimalah hukumanmu! Terima takdir barumu menjadi manusia, merasakan penderitaan. Engkau sudah terusir dari kahyangan dan tidak dapat kembali selamanya. Namun karena kekuatan cintamu, serigala itu dapat terlahir menjadi manusia kembali di kehidupan berikutnya”
Yee Lan bersujud hingga ke tanah pertanda dia menerima segalanya. Hatinya tetap bahagia. Dia tahu dia telah melepaskan kekasihnya dari kutukan. Mungkin saja ada kesempatan bagi mereka berjodoh dikehidupan berikutnya.

by Fiona Wang
sekali kali menghibur Sahabatku dengan menulis Cerpen or Cerbung hehehe 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar